Minggu, 04 Mei 2008

Proses Seleksi Beasiswa Al-Azhar Mesir 2008

Mesir, dengan seluruh pesonanya yang indah - kurang lebih sebagaimana yang digambarkan oleh Habiburrahman Al-Sirazy dalam novelnya - memiliki daya tarik tersendiri di mata komunitas international. Negri tempat kelahiran Nabi Musa a.s. tersebut memiliki kekayaan budaya yang luar biasa hebatnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai sepiritual. Maka tak heran, kalau negara tersebut menjadi salah satu tujuan paforit turis manca negara.

Dalam perkembangan dunia intelektual, terutama yang berkaitan dengan pemikiran keagamaan, Mesir masih menjadi salah satu kiblat bagi dunia Pendidikan Islam. Hal ini terbukti dengan masih exisnya Perguuruan Tinggi Islam Klasik (Al-Azhar University), yang meskipun sudah seribu lebih usianya, tapi pengaruh dan kemasyhurannya masih tetap terjaga hingga saat ini.

Setiap tahun ajaran baru, Al-Azhar selalu dipenuhi oleh murid-murid yang datang dari berbagai belahan penjuru dunia. Diantara mereka ada yang datang dengan beasiswa penuh (minhah dirosiyah) dan dengan biaya sendiri. Semua itu mereka lakukan dengan penuh perjuangan dan harapan, demi menimba ilmu di samudra Afrika yang bernama Al-Azhar.

Bulan April yang baru saja berlalu kemarin, menjadi saksi bisu tentang antusiasme pelajar-pelajar Indonesia yang ingin menimba ilmu di samudra Al-Azhar. Pada tes iltihaq yang diadakan di Kedutaan Besar Mesir tersebut, tercatat ribuan pelajar datang dari hampir seluruh provinsi di Indonesia. Padahal, beasiswa yang disediakan hanya cukup untuk 90 pelajar yang dianggap memenuhi standar kualifikasi. Inilah bukti dari magnit yang masih dimiliki oleh Al-Azhar.

Kalau kita melihat proses recrutment pelajar-pelajar Indonesia yang akan diberangkatkan ke Mesir tahun ini, terlihat ada sesuatu yang tidak lazim. Karena, sebagaimana biasanya, proses tersebut dilakukan di Perguruan-perguruan Tinggi Negri di Seluruh provinsi - melalui Departemen Agama. Ada apakah gerangan dengan DEPAG?

Ternyata, selidik punya selidik - salah satu sebabnya - pihak Al-Azhar kurang percaya dengan kinerja DEPAG saat ini. Karena ternyata, dari proses recrutment tersebut, banyak yang dianggap tidak proporsional, tidak berdasar pada fit and profer test yang benar. Sehingga, dampaknya, banyak pelajar Indonesia yang tidak lulus ujian di Al-Azhar untuk tahun ini. Bermula dari situlah pihak Al-Azhar mengirimkan langsung Tim Pengujinya, yang terdiri dari Roisul bi'tsah dan anggota-anggotanya. Dan akhirnya, ujianpun disentralkan di satu tempat, yaitu Kedutaan besar Republik Indonesia.

Mudah-mudahan, dengan cara yang demikian, akan terserap pelajar-pelajar yang memang berkualitas tinggi, yang nantinya akan membesarkan dan mengharumkan nama Bangsa Indonesia di mata dunia international. Wallahu A'lam!

Tidak ada komentar: