Minggu, 04 Mei 2008

SI PENCURI SHOLAT

Kedudukan sholat dalam Islam, sangatlah penting. Kalau Islam diibaratkan dengan sebuah rumah atau bangunan, maka sholat adalah pilarnya, yang akan menyanggah dan menegakan setiap sisi dari rumah atau bangunan tersebut. Sehingga, tampaklah rumah tersebut sebagai sebuah bangunan yang sangat kokoh dan kuat, baik dari terpaan angin, hujan, bahkan gempa bumi sekalipun.
Karenanya, tidaklah berlebihan kalau Nabi pernah mewanti-wanti, bawha “sholat adalah tiang agama. Siapa yang mendirikannya, maka telah menegakan dan menopang eksistensi agama itu sendiri, dan siapa yang melalaikannya (meninggalkan dengan sengaja), maka telah membiarkannya jatuh dan ambruk”.
Kalaulah Nabi pernah berm’raj menuju Allah s.w.t. secara langsung, maka sebenarnya, sholat merupakan mediasi bagi setiap muslim, agar dapat mi’raj dan menuju kepada-Nya. Karena ketika seorang muslim menunaikan sholat, maka jiwa dan fikirnya akan naik, membumbung, dan berpindah dari alam materi menuju alam yang sangat tinggi, jernih, lagi suci. Dengan demikian, seorang muslim dapat berkomunikasi secara langsung dengan Tuhannya, berpengharapan, dan berkomitmen dalam menjalani hidup dan kehidupan.
Maka sudah selayaknya kalau setiap muslim menjadikan sholat sebagai sumber inspirasi, penenang jiwa, dan problem solver atas setiap permasalahan yang dihadapinya (qurrota aen). Meskipun demikian, tidak setiap muslim terpanggil kesadaran jiwanya, untuk mereguk madu dan kelezatannya – dengan melaksanakannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya sholat, amat sangat berat (untuk dilakukan), kecuali bagi orang-orang yang khsusyu dalam melaksanakannya” bahkan “Maka datanglah sepeninggal mereka, golongan yang menyia-nyiakan sholat, bahkan mereka cenderung mengikuti hawa nafsu, maka pantaslah kalau yang mereka temui adalah kesesatan”. (QS. Maryam, 59).
Dengan melihat realita yang ada, kita yakin bahwa sebagian besar dari kita – kaum muslimin – sudah melaksanakan sholat. Namun sungguh sayang disayang, sholatnya tidak dapat mengarahkan kepribadiannya kepada sesuatu yang baik. Mereka sholat tapi mereka juga berjudi. Mereka sholat tapi mereka juga korupsi. Mereka sholat tapi mereka juga menipu. Mereka sholat tapi mereka juga berbicara kotor. Dan demikian seterusnya. Padahal Allah berfirman: “Sesungguhnya sholat itu, akan mencegah dari segala yang keji dan mungkar”.
Sungguh, yang menjadi penyebab itu semua adalah, karena mereka kehilangan ruh atau inti dari sholat yang mereka kerjakan. Mereka tidak khusu’ dan thuma’nina dalam melaksanakannya. Sebaliknya, mereka bergerak seenaknya. Padahal nabi bersabda : “ Sesungguhnya, seburuk-buruk pencuri adalah orang yang mencuri sholatnya, yaitu: yang tidak menyempurnakan ruku, sujud, dan tidak pula mengerjakannya dengan khusyu. (HR. Muslim)Perumpamaan sholat mereka adalah, seperti pakaian rusak yang dilipat, yang kemudian dilemparkan kembali kepada sipemiliknya. Naudzu billah……
Maka, marilah kita belajar untuk memaksimalkan sholat kita, dengan menyempurnakan syarat dan rukunnya. Kemudian, melaksanakannnya dengan penuh kekhusyuan dan keikhlasan. Karena khusyu dalam sholat, tak ubahnya seperti kepala bagi tubuh. Kita tidak dapat berbuat apa-apa tanpa kepala. Dan sholat kitapun, tak cukup berarti tanpa kekhusyuan. Akhirnya, marilah kita berdo’a, semoga kita digolongkan kedalam hamba-hamba-Nya yang beruntung, yang senantiasa melaksanakan sholat dengan penuh kekhusuan dan keikhlasan.. Allah berfirman: “Sungguh sangat beruntung, orang-orang yang beriman, yang khusyu’ dalam mengerjakan sholatnya”. (QS. Al-Mu’minun, 1-2)

Tidak ada komentar: