Minggu, 01 Juni 2008

ISLAM DALAM PANDANGAN ROBERT SEPENCER

A. Pendahuluan

“Islam adalah agama yang sarat dengan cinta kasih dan kedamaian”. Pernyataan tersebut, tentu saja keluar dari mulut seorang muslim yang mencintai agamanya. Sayyid Qutub, seorang tokoh penting dalam dunia Islam modern, pernah menyanjung dan memuji Islam dengan ungkapan berikut: “Islam adalah agama damai dan akidah yang penuh cinta. Islam adalah sistem yang membawa misi agar seluruh alam berada dalam lingkungan dan rahmatnya, yang berupa kedamaian dan cinta kasih”[1].

Tapi, agaknya, hal tersebut berbeda seratus delapan puluh derajat dengan peranyataan yang keluar dari mulut dan tulisan para orientalis. Mereka tidak mengidentikan Islam dengan agama yang penuh cinta kasih dan kedamaian.
Sebaliknya, mereka mendekatkan Islam dengan teror, penindasan dan sifat-sifat tidak terpuji lainnya. Intinya, bagi mereka – sebagaimana yang disimpulkan oleh Samuel Huntington dalam tesisnya – islam adalah ancaman bagi peradaban dunia, khususnya barat.

Suatu benda, kalau memiliki nilai atau sifat yang baik, akan mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari siapapun. Contoh kongkrit adalah nilai atau sifat yang ada pada logam mulia, seperti emas, perak dan yang lainnya. Lalau, bagaimanakah perihal Islam itu sendiri? Apakah nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya betul-betul asli, sebagaimana yang dinyatakan oleh anshor-anshornya? Dan kenapa pula orang-orang di luar Islam memandangnya sebagai sesuatu yang terbalik? Pada bahasan berikut ini, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan coba diulas dan dan diberikan pandangan yang tepat.

B. Doktrin Jihad dalam Islam
Dalam agama Islam, dikenal beberapa ajaran yang sangat fundamental, seperti sholat, zakat, puasa, jihad dan yang lainnya. Dari ketiga contoh ajaran tersebut, terdapat satu yang membuat non muslim merasa terteror dan sangat ketakutan. Yaitu tentang ajaran jihad yang dideklarasikan oleh Nabi Muhammad s.a.w. Dan doktrin inilah yang dianggap telah menjastifikasi setiap peperangan dalam Islam selama berabad - abad.

Dalam pandangan Islam klasik, orang-orang islam diperbolehkan untuk berperang melawan pihak-pihak yang menolak proklamasi Islam (dakwah). Diriwayatkan oleh Ibnu Umar, Rasulullah s.a.w. bersabda: “Saya telah diperintahkan untuk berperang melawan semua orang, sehingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakan sholat, dan mengeluarkan zakat. Jika mereka mengerjakan semua itu, maka mereka menyelamatkan jiwa dan harta mereka, kecuali dengan hak-hak Allah. Dan, perhitungan mereka akan dilakukan oleh Allah”. (HR. Bukhori)
[2]. Dalam riwayat yang lain, berdasarkan kesaksian Abu Huraeroh, ia mendengar Nabi Muhammad bersabda: “Saya telah diperintahkan untuk memerangi ummat manusia, hingga mereka bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, percaya bahwa saya adalah utusan-Nya, dan (mengimani) seluruh misi yan saya bawakan. Ketika mereka melakukan itu, maka jiwa dan kekayaan mereka mendapatkan jaminan perlindungan atas nama saya, kecuali hal-hal yang memang dibenarkan oleh hukum, dan segala sesuatunya bergantung kepada Allah”. (HR. Muslim)[3]

Kedua hadits di atas, menurut pandangan Robert Spenser, merupakan pernyataan Nabi yang dijadikan justifikasi oleh banyak kalangan Islam untuk melakukan peperangan dengan orang-orang yang tidak mau bersaksi bahwa Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai rasul-Nya. Hal ini sangat nyata dan jelas, sebagaimana yang dilakukan oleh Osama bin Laden dan kawan-kawannya – sebagai Front Islam Dunia – pada penyerangan WTC 11 September yang silam. Dimana ribuan nyawa masarakat Amerika yang tidak berdosa harus terbuang dengan sia-sia[4]. Dan dalam banyak aksinya, yang sangat sarat dengan teror tersebut, ia selalu mengatakan bahwa semuanya berdasarkan landasan teologis yang benar, sesuai ajaran Islam. Berikut ini adalah deklasrasi Osama yang berhasil direkam, dimana dia mengatakan: “seluruh kejahatan dan dosa yang dilakukan oleh Amereika adalah pernyataan perang kepada Allah, rasul-Nya dan kaum Muslimin. Dan, para ulama telah bersepakat sepanjang sejarah Islam bahwa jihad merupakan kewajiban individu jika musuh menghancurkan Negara-negara Muslim. Ini diungkapkan oleh Imam Ibnu Qudamah dalam kitabnya al-Mughni. Imam Kasa’I dalam Al-Bada’I, al-Qurtubi dalam tafsirnya, dan Syekh Islam dalam kitab-kitabnya, dimana ia berkata: peperangan untuk memukul mundur musuh, dimaksudkan untuk membela kesucian dan agama, dan itu merupakan kewajiban yang disepakati oleh para ulama. Tidak ada yang lebih suci dari keyakinan, kecuali memukul mundur musuh yang menyerang agama dan jiwa”.[5]

Lebih jauh, Robert Spencer menambahkan pernyataan Osama bin Laden tersebut dengan mengemukakan pandangan dari Madzhab Syafi’I dan madzhab Fikih Sunnah yang lainnya, seperti Dzahiri yang menyetujui jihad secara ofensif. Menurut Al-Buti, “ dia menandaskan bahwa penyebab utama dari adanya jihad adalah untuk menghapuskan paganisme. Berarti, jihad akan senantiasa berlanjut sampai kapanpun, selagi masih ada orang-orang tidak beriman. Dan kenyataannya, para penganut paganisme tersebut, sejak kmunculannya yang pertama sampai sekarang, masih tersebar luas[6].

Sehingga, ia berkesimpulan bahwa Islam adalah agama yang intoleran, tidak menghargai hak asasi manusia dan menjadi momok bagi penganut agama-agama lainnya. Padahal, sebagaimana yang terdapat dalam ajaran demokrasi, keberagamaan seseorang adalah sangat asasi. Sehingga, tak seorangpun yang boleh dipaksa, ditakut-takuti, dan diperangi karena keyakinannya.

C. Tanggapan
Sebenarnya, apa yang dinyatakan oleh Robert Spencer dalam tulisannya tersebut, adalah hal yang tidak baru lagi, dan bisa dikatakan basi. Mengapa demikian? Karena semenjak abad ke 18 – 19, terhitung banyak sekali buku-buku yang dihasilkan oleh para orientalis terebut
[7]. Dimana semuanya mengatakan bahwa Islam adalah agama bid’ah, Muhammad adalah nabi palsu, Al-Qur’an sebagai karangannya dan lain-lain.

Kutipan yang dijelaskan oleh Robert Spencer pada dua riwayat hadits tersebut, sungguh tidak utuh. Dan disinilah letak subjektifitasnya. Dia tidak menjelaskan kata-kata “ kecuali hal-hal yang memang dibenarkan oleh hukum, maka segala sesuatunya bergantung pada Allah”. Dimana kalau pernyataan tersebut dikaji dan difahami lebih dalam, maka akan sampai pada pengertian, bahwa Islam menjamin keselamatan dan jiwa non Muslim dari bangsa dan agama manapun, sekalipun mereka adalah penganut paganisme.
[8] Sehingga ketakutan-ketakutan tersebut, sebetulnya tidak perlu ada. Contoh lain yang sangat nyata dalam hal ini, yang menunjukan bahwa Islam sangat menghargai dan melindungi jiwa, adalah kondisi dan stabilitas Negara Madinah yang dirintis oleh Rasulullah s.a.w. Ini adalah fakta sejarah yang gilang-gemilag, dan siapapun mengakuinya.

Agaknya, pernyataan-pernyataan yang sengaja dilemparkan oleh Robert Spencer kemuka orang-orang Islam tersebut, bisa jadi merupakan kekawatirannya yang berlebihan. Mengingat Islam adalah agama yang paling produktif didunia. Karena dalam prediksinya sendiri, pada tahun 2025, jumlah penduduk muslim di dunia akan naik sebanyak 30 persen. Jumlah yang sangat pantastis, yang tidak bisa di capai oleh agama-agama dunia manapun. Hal ini sesuai dengan judul buku yang ditulisnya: “ Islam Unveild: Disturbing Questions about the world’s fastest – growing Faith”. Dan, berkaitan dengan pernyataan-pernyataan subversivnya tersebut – seputar doktrin dan tradisi Kaum Muslim – sebetulnya sudah dibantahkan oleh tokoh-tokoh orientalis lainnya, seperti Karen Amstrong dan yang semisal dengannya. Sehingga, sebenarnya, tidak ada lagi yang perlu dipermasalahkan. Karena satu logam besi, cukup dipukul dengan logam besi yang lainnya.

C. Kesimpulan dan Penutup
Islam adalah agama rahmatan li al-alamin. Karenanya, kekerasan dan terror adalah musuhnya. Maka siapapun yang melakukannya, baik dari kalangan muslim sendiri ataupun yang lainnya, akan berhadapan langsung dengan Hukum Islam. Dan sebagai penutup dari tulisan ini, berikut adalah pernyataan Syeh Yusuf Qordhowy tentang Islam, yang intinya: “Islam adalah air dan madu yang sangat menyegarkan bagi siapa saja yang membutuhkan, terutama bagi yang sedang sekarat ditengah ganasnya padang pasir”. Tapi, orang-orang Barat salah menilainya. Mereka mengangap bahwa air dan madu tersebut adalah racun yang membinasakan. Betapa kasihannya mereka! Demikian, semoga bermanfaat.***


End Not


[1] Sayyid Qutub, Fi dzilal al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2004, hal.
[2] Shohih Bukhory, Vol. 1, bk. 2 no. 25
[3] Shohih Muslim, vol.1, bk.10. no. 31
[4] Robert Spencer, Islam ditelanjangi, Jakarta: PARAMADINA, 2004, hal.236
[5] Ibid, hal.263
[6] Ibid, hal.264
[7] Menurut Edward Said, terhitung dari tahun 1800 – 1950, buku-buku yang ditulis oleh para orientalis yang berusaha untuk menyerang Islam berjumlah 60.000 buku. Jumlah yang sangat mencengangkan.
[8] Yusuf Qordhowy, Halal Haram dalam Islam, Bandung: Jabal, 2007, hal. 335

Tidak ada komentar: